Minggu, 20 November 2016

Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Mengatasi Bencana: Studi Kasus Bencana Stunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara Tahun 2014



BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain:
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat.
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera ? Jawa - Nusa Tenggara ?Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur.Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia.
Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang semakin tinggi.

1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Mengatasi Bencana ?
2.      Hasil pembahasan tentang studi kasus penggunaan teknologi informasi dalam mengatasi bencana Stunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara Tahun 2014

1.3.Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Mengatasi Bencana ?
2.      Untuk mengetahui Hasil pembahasan tentang studi kasuspenggunaan teknologi informasi dalam mengatasi bencana Stunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara Tahun 2014






BAB II
PEMBAHASAN


Kasus Bencana Stunami di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara Tahun 2014
Terjadinya bencana alam di negeri kita tidak dapat dicegah, namun masyarakat bisa meminimalisir kerugian akibat bencana, baik kerugian materi maupun kerugian jiwa.Disinilah Teknologi Informasi berperan penting dalam menangulangi bahkan memberikan peringatan awal sebelum terjadinya bencana.Sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana sangatlah penting, mengingat secara geologis dan klimatologis wilayah Indonesia termasuk daerah rawan bencana alam.Tujuan akhir dari peringatan dini ini adalah masyarakat dapat tinggal dan beraktivitas dengan aman pada suatu daerah serta tertatanya suatu kawasan.Selain itu pemetaan juga merupakan peran dari penggunaan IT dalam penanggulangan bencana alam.Gejala alam bisa juga diketahui dari tren yang berlangsung.Pola yang terjadi dalam rentang sekian tahun.Teknologi informasi bisa membantu memetakan hal tersebut. 
Beberapa pengalaman pemanfaatan Teknologi Informasi dalam memudahkan penanggulangan bencana di Indonesia sendiri ketika Tsunami melanda Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara dimana ketika itu seluruh jaringan komunikasi terputus, namun para relawan maupun para korban tidak habis akal untuk mengoptimalkan internet sebagai jalur komunikasi untuk mengabarkandan menginformasikan kondisi yang ada pada saat itu ke dunia luar maupun kepada sanak saudara mereka. Melalui blog maupun website, email, chat dan lain sebagainya pemanfaatan internet ini mereka lakukan. Dampaknya adalah bantuan dari dalam dan luar negeri cepat tersalurkan dan relawanpun terus berdatangan untuk membantu evakuasi jenazah para korban yang meninggal akibat bencana itu.
Bencana alam merupakan masalah yang cukup rumit jika di tangani dengan cara manual. Prosedur penanganan bencana saat ini banyak yang tidak efektif atau bahkan salah sasaran semua itu disebabkan informasi yang terlambat masuk terlebih tidak akurat. Dengan adanya Teknologi Informasi saat ini sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan pada saat bencana akan terjadi. Teknologi Informasi tidak dapat mencegah terjadinya bencana secara keseluruhan, tetapi dengan adanya Teknologi Informasi kita dapat meminimalkan segala bentuk kerugian, korban jiwa, dan memberikan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien,bahkan dapat meminimalkan dampak dari bencana tersebut. 
Dalam memberikan informasi, ini merupakan tugas utama internet sebagai media baru.Namun, bukan hanya itu. Teknologi Internet rupanya memiliki fungsi lain yaitu menggalang dana untuk para korban bencana. Tsunami di Aceh pada tahun 2004 membuktikan bahwa internet bukan hanya memiliki fungsi informatif, tetapi dapat pula menjadi lahan mencari dana. Salah satu situs yang berhasil menggalang dana paling besar pada saat itu adalah amazon.com, salah satu situs ritel yang sukses mengumpulkan lima puluh ribu dermawan dengan penghasilan lebih dari 32,6 miliar yang kemudian disalurkan melalui organisasi palang merah di Amerika Serikat. Selain itu yang berhasil dikumpulkan oleh tim AirPutih sebuah komunitas IT yang berhasil menggalan bantuan melalui website yang kemudian menyalurkannya berupa alat-alat telekomunikasi, komputer dan lain sebagainya sebagai alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Lebih dari itu, ternyata perkembangan teknologi informasi juga bisa mengetahui kondisi korban dan mencari orang yang hilang akibat bencana.Seperti situs BBC yang mencari salah satu warga Belanda yang menjadi salah satu korban Tsunami di selatan Thailand.Mediacenter Airputih juga memanfaatkan hal serupa dan berhasil membantu salah seorang warga Malaysia yang juga menjadi korban Tsunami di Aceh.Ini membuktikan bahwa teknologi informasi berkembang untuk peradaban manusia, menyesuaikan kebutuhan manusia untuk keberlangsungan hidup manusia. 
Dalam membantu menanggulangi dampak bencana yang ada, perkembangan teknologi berupa internet rupanya telah memberikan sumbangsih besar bagi pemulihan wilayah maupun pemulihan korban yang telah terkena bencana alam.
pada Tsunami Aceh tahun 2004 dimana kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan miliar untuk merekonstruksi lagi kota yang telah mati akibat bencana tersebut. 
Apabila kita analisis lebih jauh, sebenarnya hal tersebut bisa diatasi sejak dini dengan memberikat peringatan dini lebih awal dengan melihat tanda-tanda yang atau gejala yang terjadi di lokasi tersebut.Berkaca pada Jepang, salah satu negera paling rawan terjadi gempa, pemanfaatan teknologi informasi disana rupanya sudah mencapai bagaimana memberikan peringatan sangat dini untuk mengetahui adanya potensi gempa di salah satu lokasi tertentu yang bisa diketahui adanya potensi gempa. Hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap masyarakat Jepang, karena dengan peringatan sangat dini, sebelum terjadinya gempa, masyarakat dapat mempersiapkan mental dan segala sesuatunya yang akan diselamatkan, baik itu dokumen penting, sumber-sumber finansial, mapun barang-barang berharganya, atau bahkan mereka dapat mengungsi lebih awal sebelum terjadinya gempa yang tentu akan menyulitkan mereka untuk bermigrasi ke tempat lain. 
Peringatan dini pulalah yang bisa mengurangi atau meminimalisir kerugian akibat bencana alam. Inilah yang mungkin harus bisa juga dikembangkan di Indonesia, mengingat negara kita merupakan negara kepulauan dimana gempa, tsunami, dan potensi meletusnya gunung berapi merupakan sebuah ancaman bencana, yaitu meningkatkan peran teknologi informasi dalam memberikan informasi lebih awal tentang potensi terjadinya bencana alam di daerah tertentu. Karena selain akan meminimalisir kerugian negara, hal tersebut juga menyelamatkan jiwa masyarakat yang berada di wilayah tersebut. Namun, penggunaan media baru oleh masyarakat Indonesia berupa internet dengan segala situs-situsnya menjadi modal awal bagi masyarakat kita untuk dapat memperoleh informasi mengenai potensi bencana alam.Seperti yang disediakan oleh beberapa situs yang memang concern terhadap antisipasi bencana alam, informasi-informasi mengenai potensi bencana alam di wilayah ternentu, analisa-analisa mengenai terjadinya gejala alam terntentu. 
Selain itu, saat ini, muncul sebuah sistem baru yang dikenal dengan geolocation, yaitu sebuah sistem identifikasi lokasi geografis dari dunia nyata yang berasal dari sambungan computer, handphone, pengunjung website dan yang lainnya Jadi dengan koneksi internet saja kita dapat mengetahui lokasi-lokasi mana saja yang ingin kita cari berdasarkan karakteristik yang kita inginkan. Seperti kaitannya dengan bencana alam, kita dapat mengakses informasi berdasarkan potensi terjadinya tsunami, atau potensi terjadinya gempa, dan lain sebagainya. Jadi, perkembangan teknologi senantiasa memberikan banyak kemudahan dan keuntungan bagi penggunanya, salah satu yang dapat kita rasakan adalah ketika bencana alam melanda bangsa kita, dalam keadaan darurat dan mengkhawatirkan ternyata teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan alternatif jalan keluar untuk menginformasikan bagaimana kondisi daerah bencana, menjadi alternatif bagi pengumpulan bantuan untuk korban bencana, mencari orang atau sanak saudara yang hilang akibat bencana dan lain sebagainya. Jadi masyarakat dimudahkan untuk menanggulangi bencana dengan cepat dan sigap. Namun diluar itu, perkembangan teknologi memberikan alternatif baru untuk masyarakat dalam meminimalisir atau mengurangi kerugian akibat bencana alam serta membantu masyarakat untuk mewaspadai adanya gejala-gejala alam tertentu jadi masyarakat kita dapat mengantisipasi kemungkinan apa yang akan terjadi, apa yang harus dipersiapkan, dan bagaimana cara menyelamatkan diri, harta benda, dan surat-surat berharga yang beresiko hilang ketika bencana alam melanda. 
Bencana alam memang tidak bisa dicegah, namun manusia dengan segala kecerdasannya dapat mengantisipasi terjadinya bencana alam.Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir. Saat ini bencana alam memiliki intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda seperti banjir musiman dibeberapa daerah sampai gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa, kondisi ini memaksa diadakannya upaya cepat untuk memunculkan inisiatif pembenahan manajemen bencana, dengan melihat potensi bencana besar yang melanda Indonesia dan perlunya penggunaan teknologi dalam mitigasi bencana serta belum cukupnya pengalaman Indonesia dalam menghadapi bencana alam tertentu seperti gempa bumi dan tsunami maka perlu mengadakan kerjasama dengan negara yang sudah berpengalaman seperti Jepang. Informasi bencana alam sangat dibutuhkan dalam upaya pengelolaan bencana alam terutama pada langkah-langkah mitigasi dan persiapan menghadapi bencana. Mitigasi ini merupakan proses pencegahan atau pengurangan kan kemungkinan terjadinya bencana dan pengurangan kerugian akibat terjadinya bencana, sedangkan langkah persiapan menhadapi bencana ini termasuk pula melakukan prediksi dan peringatan dini akan terjadinya bencana (early warning). Informasi bencana alam yang tersusun dalam data base sangat penting tepat waktu bagi semua pihak, agar semua pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi bencana yang diperlukan, maka diperlukan sarana diseminasi dan sosialisasi informasi. 
Pengembangan sistem pemantauan bumi guna mendukung sistem alam bencana ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan pemanfaatan teknologi inderaj satelit dan SIG dengan menyediakan informasi inderaja secara operasional untuk pengelolaan bencana. Pengembangan sistem informasi untuk mitigasi bencana alam menggunakan data pengindraan jauh antara lain bertujuan untuk :
a.       Membangun data base informasi bencana alam, meliputi kebakaran, kekeringan, banjir, iklim rawan pangan, 
b.       Membangun media publikasi data base informasi bencana lam untuk sosialisasi distribusi dalam bentuk website/home page yang bisa diakses untuk pengguna secara muda lewat jaringan internet 
c.       Membangun media koordinasi antar lembaga/instansi terkait dalam rangka komunikasi, analisa dan penentuan kebijakan bersama untuk mitigasi bencana.
Dengan melihat permasalahan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Pemerintah Jepang melalui Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi (MIC) telah menandatangani Nota Kerjasama (MoC) dalam bidang penyiaran digital untuk kewajiban pelayanan universal (USO). Menindaklanjuti MoC diatas dicapai satu rencana untuk menggunakan pusat data Kominfo dan jaringan komunikasi untuk mitigasi bencana di Indonesia.Teknologi Informasi ini dilakukan karena pentingnya penanganan bencana yang sangat cepat. Dengan adanya IT dalam penanggulangan bencana maka hal ini dapat membantu sekali dalam efisiensi dan kesiagaan untuk membantu dan menangani suatu daerah atau tempat yang tertimpa bencana 
Peran Internet pada Bencana Alam Begitu banyak bencana alam yang terjadi di negeri ini, tsunami, banjir, longsor, angin putting beliung dan bencana lainnya. Lalu apa yang Internet bisa lakukan untuk menanggulangi berbagai bencana alam yang terjadi? Internet memiliki peran yang tidak kecil dalam proses penanggulangan bencana alam, seperti halnya pada saat bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh di akhir tahun 2004 dimana seluruh sarana komunikasi terputus pada waktu itu. Internet menjadi media yang pertama kali menghubungkan Aceh dengan dunia luar, sehingga beragam informasi dari Aceh bisa dipublikasikan ke luar Aceh.Internet sebagai Media Komunikasi Internet bisa dimanfaatkan sebagai media untuk berkomunikasi, baik melalui e-mail, chatting, dan forum publik. Seperti pada saat terjadi bencana Tsunami di Aceh, dengan Internet, relawan-relawan kemanusiaan bisa berkomunikasi via email ataupun ngobrol dengan menggunakan Internet Messenger seperti Yahoo Messenger ataupun MSN Messenger dengan induk organisasinya untuk berkoordinasi terkait kebutuhan logistik, laporan kondisi dan info penting lainnya, begitu pula jurnalis bisa mengirimkan berita ke kantornya yang berada di kota lainnya dalam waktu singkat. Publikasi Informasi melalui Website Internet bisa dimanfaatkan untuk menjadi media publikasi informasi, baik melalui website ataupun mailing list. Seperti pada saat bencana banjir di Sinjai, tim relawan mengirimkan data foto kondisi daerah Sinjai yang rusak parah terkena banjir melalui email dan kemudian foto-foto tersebut dipublikasikan tim AirPutih melalui website www.mediacenter.or.id sehingga masyarakat di seluruh dunia bisa melihat kondisi di sinjai. Berita-berita terkini pun bisa diakses dengan cepat melalui website.Catatlah beberapa media online seperti detik.com, media-indonesia.com yang menyajikan informasi ketika terjadi bencana di sebuah tempat. Penggalangan Dana di Internet Penggalangan dana bantuan pun bisa dilakukan melalui internet. Situs ritel Amazon.com saja mampu mengumpulkan lebih dari lima puluh ribu dermawan. Lebih dari US$ 3,5 juta (Rp 32,6 miliar) akan disumbangkan lewat organisasi palang merah di Amerika Serikat. Contoh lainnya adalah seperti yang dilakukan oleh Tim AirPutih, menggalang bantuan dari berbagai pihak melalui media website. Walhasil, komunitas Teknologi Informasi (TI) tergerak dan memberikan berbagai macam bantuan baik berupa peralatan telekomunikasi, komputer, dan lain sebagainya yang digunakan untuk proses penanggulangan bencana. Mencari Orang Hilang di Internet Selain sebagai media menyalurkan dana bantuan, internet juga dimanfaatkan sebagai sumber informasi mencari orang hilang. Situs BBC, misalnya, memungkinkan seorang warga negara Belanda bernama Rob Delissen untuk melacak keluarganya yang ada di pulau Koch Racha Yai.Pulau tersebut terletak di bagian selatan dari Phuket, Thailad, salah satu daerah korban tsunami. Begitu juga Situs MediaCenter AirPutih, memungkinkan seseorang yang berada di kuala lumpur untuk melacak keluarganya yang berada di Aceh sehingga bisa mengetahui keberadaannya di posko tim relawan INTI dan bisa menemuinya di posko tersebut. Melalui Internet, kita bisa senantiasa mengikuti perkembangan-perkembangan terkini seperti halnya gejala-gejala alam.

2.2  Hasil pembahasan studi kasus
Dalam hasil studi kasus tersebut, pegunaan teknologi berperan penting dalam menangulangi bahkan memberikan peringatan awal sebelum terjadinya bencana, Sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana sangatlah penting.karena, Tujuan akhir dari peringatan dini ini adalah masyarakat dapat tinggal dan beraktivitas dengan aman pada suatu daerah serta tertatanya suatu kawasan. Selain itu pemetaan juga merupakan peran dari penggunaan IT dalam penanggulangan bencana alam pemanfaatan Teknologi Informasi dalam memudahkan penanggulangan bencana di Indonesia sendiri ketika Tsunami melanda Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara dimana ketika itu seluruh jaringan komunikasi terputus, namun para relawan maupun para korban tidak habis akal untuk mengoptimalkan internet sebagai jalur komunikasi untuk mengabarkandan menginformasikan kondisi yang ada pada saat itu ke dunia luar maupun kepada sanak saudara mereka. Melalui blog maupun website, email, chat dan lain sebagainya, Dampaknya adalah bantuan dari dalam dan luar negeri cepat tersalurkan dan relawanpun terus berdatangan untuk membantu evakuasi jenazah para korban yang meninggal akibat bencana itu.Teknologi Informasi tidak dapat mencegah terjadinya bencana secara keseluruhan, tetapi dengan adanya Teknologi Informasi kita dapat meminimalkan segala bentuk kerugian, korban jiwa, dan memberikan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien,bahkan dapat meminimalkan dampak dari bencana tersebut. Tsunami di Aceh pada tahun 2004 membuktikan bahwa internet bukan hanya memiliki fungsi informatif, tetapi dapat pula menjadi lahan mencari dana. Salah satu situs yang berhasil menggalang dana paling besar pada saat itu adalah amazon.com, salah satu situs ritel yang sukses mengumpulkan lima puluh ribu dermawan dengan penghasilan lebih dari 32,6 miliar yang kemudian disalurkan melalui organisasi palang merah di Amerika Serikat. Selain itu yang berhasil dikumpulkan oleh tim AirPutih sebuah komunitas IT yang berhasil menggalan bantuan melalui website yang kemudian menyalurkannya berupa alat-alat telekomunikasi, komputer dan lain sebagainya sebagai alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Lebih dari itu, ternyata perkembangan teknologi informasi juga bisa mengetahui kondisi korban dan mencari orang yang hilang akibat bencana. Dan dari bencana tersebut kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan miliar untuk merekonstruksi lagi kota yang telah mati akibat bencana tersebut. Apabila kita analisis lebih jauh, sebenarnya hal tersebut bisa diatasi sejak dini dengan memberikat peringatan dini lebih awal dengan melihat tanda-tanda yang atau gejala yang terjadi di lokasi tersebut.Berkaca pada Jepang, salah satu negera paling rawan terjadi gempa, pemanfaatan teknologi informasi disana rupanya sudah mencapai bagaimana memberikan peringatan sangat dini untuk mengetahui adanya potensi gempa di salah satu lokasi tertentu yang bisa diketahui adanya potensi gempa.
pemanfaatan teknologi informasi disana rupanya sudah mencapai bagaimana memberikan peringatan sangat dini untuk mengetahui adanya potensi gempa di salah satu lokasi tertentu yang bisa diketahui adanya potensi gempa. Hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap masyarakat Jepang, karena dengan peringatan sangat dini, sebelum terjadinya gempa, masyarakat dapat mempersiapkan mental dan segala sesuatunya yang akan diselamatkan, baik itu dokumen penting, sumber-sumber finansial, mapun barang-barang berharganya, atau bahkan mereka dapat mengungsi lebih awal sebelum terjadinya gempa yang tentu akan menyulitkan mereka untuk bermigrasi ke tempat lain. 
Peringatan dini pulalah yang bisa mengurangi atau meminimalisir kerugian akibat bencana alam. Inilah yang mungkin harus bisa juga dikembangkan di Indonesia, mengingat negara kita merupakan negara kepulauan dimana gempa, tsunami, dan potensi meletusnya gunung berapi merupakan sebuah ancaman bencana, yaitu meningkatkan peran teknologi informasi dalam memberikan informasi lebih awal tentang potensi terjadinya bencana alam di daerah tertentu.Bencana alam memang tidak bisa dicegah, namun manusia dengan segala kecerdasannya dapat mengantisipasi terjadinya bencana alam.Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir. Saat ini bencana alam memiliki intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda seperti banjir musiman dibeberapa daerah sampai gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa, kondisi ini memaksa diadakannya upaya cepat untuk memunculkan inisiatif pembenahan manajemen bencana.








BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Bencana alam merupakan masalah yang cukup rumit jika di tangani dengan cara manual. Dengan adanya Teknologi Informasi saat ini sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan pada saat bencana akan terjadi. Teknologi Informasi tidak dapat mencegah terjadinya bencana secara keseluruhan, tetapi dengan adanya Teknologi Informasi kita dapat meminimalkan segala bentuk kerugian, korban jiwa, dan memberikan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien,bahkan dapat meminimalkan dampak dari bencana tersebut.
Beberapa pengalaman pemanfaatan Teknologi Informasi dalam memudahkan penanggulangan bencana di Indonesia sendiri ketika Tsunami melanda Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara dimana ketika itu seluruh jaringan komunikasi terputus, namun para relawan maupun para korban tidak habis akal untuk mengoptimalkan internet sebagai jalur komunikasi untuk mengabarkandan menginformasikan kondisi yang ada pada saat itu ke dunia luar maupun kepada sanak saudara mereka. Melalui blog maupun website, email, chat dan lain sebaagainya pemanfaatan internet ini mereka lakukan. Dampaknya adalah bantuan dari dalam dan luar negeri cepat tersalurkan dan relawanpun terus berdatangan untuk membantu evakuasi jenazah para korban yang meninggal akibat bencana itu.
Pengembangan sistem informasi untuk mitigasi bencana alam menggunakan data pengindraan jauh antara lain bertujuan untuk :
d.       Membangun data base informasi bencana alam, meliputi kebakaran, kekeringan, banjir, iklim rawan pangan, 
e.       Membangun media publikasi data base informasi bencana lam untuk sosialisasi distribusi dalam bentuk website/home page yang bisa diakses untuk pengguna secara muda lewat jaringan internet 
f.        Membangun media koordinasi antar lembaga/instansi terkait dalam rangka komunikasi, analisa dan penentuan kebijakan bersama untuk mitigasi bencana.
3.2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
1.      Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.
2.      Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami.
3.      Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan pengungsian.
4.      Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.

























DAFTAR PUSTAKA


Potensi Ancaman Bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).Jakarta Timur. Diambil dari http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/potensi-ancaman-bencana
Inaya. 2014. Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Mengatasi Bencana. Di ambil dari:http://catatan-operator-warnet.blogspot.co.id/2014/11/penggunaan-teknologi-informasi-dalam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar